Senin, 25 Oktober 2010

The Story Of Memorie's

BAB I

Bismillahirrohmanirrohim.

Andre nGak tau harus memulai cerita ini dari mana..?? dan keinginan andre dalam menulis cerita ini adalah untuk melihat kembali ke masa lalu supaya bisa selalu mengenangnya hingga ke anak cucunya.

Kisah ini berawal dari pertemuan andre dengannya di salah satu sekolah Islam yang cukup ternama juga di Prov. Sumatera Utara tepatnya di kota pematang siantar kab.Simalungun. Saat itu kami mulai belajar di sekolah tersebut dari MTs (Madrasah Tsanawiyah) atau setingkat dengan SMP (Sekolah Menengah Pertama) hingga tamat ampe tingkat Madrasah Aliyah/ SMA. Selama 6 tahun kami berdua menimba ilmu di sekolah yang sama, awal perasaan kami saling bersimpati satu sama lain muncul ketika kami duduk dipenghujung bangku kelas 3 Mts, dimana saat itu kami perpisahaan kelas di Pantai Sialang Buah Sei Rampah Kab. Deli Serdang. Sebenarnya bukan perasaan kami yang mulai tumbuh, namun perasaan dia yang hanya aku tanggapi dengan dingin tanpa ada respon sedikit pun.

Kisah tersebut terus berlanjut hingga andre dan dia sama-sama melanjutkan sekolah SMA yang sama. Sejak di sekolah SMA tersebut andre baru mulai menyadari kembali bahwa wanita itu temen diskusinya dalam berbagai hal mata pelajaran ternyata menyukai dan mengagumi andre. Namun perasaan wanita tersebut tidak dapat dibalas lebih oleh andre, walaupun sebenarnya andre juga mengaguminya. Karena andre hanya ingin fokus& konsentrasi pada sekolah (studynya) alias belajar dan belajar saja "Study Oriented" yang sering disebut orang.

Di samping kisah itu, ternyata dia (si cewek) tuh punya abng angkat yg menyukai dirinya juga. Namun dia tdk begitu menyukainya, nah suatu ketika datanglah sugeng abang angkat si wanita tersebut menemui andre. Sugeng adalah abg senior 1 tahun di atas andre, sugeng ingin bertemu dengen andre untuk bicara 4 mata.


BAB II

Cerita ini akan dimulai kembali saat andre kuliah di suatu kampus negeri di kota medan.






===========
Created by : Rasyid Ridho Lubis "tp msh blom selesai ceritanya" ^_^

Selasa, 13 April 2010

sbg pengingat saja ne...

fr nur'aini :

Suatu ketika imam Al Ghozali bertanya kepada murid2nya :
"Apa yg paling ringan di dunia ini..? "

kemudian dijawab oleh muridnya :
" Kapas, debu dan Dedaunan "

dan imam Ghozali pun membenarkan jawaban itu,
sambil menjelaskan, ada hal yg paling Ringan yaitu :
"MENINGGALAKAN SHOLAT",

kArena berdagang, pekerjaan dll.. sering qt menganggap enteng
dan menunda Sholat dan akhirnya meninggalkannya.
Smoga kita terhindar dr orng2 seperti itu....!!

===============
Medan, 13 April 2010


# fr Ukhti Nur Ammi :
Bertemu denganmu adalah takdir,
manjadi temanmu adalah plihan,
Bersahabat denganmu adalah Kesempatan
Menjadi saudaramu adalah kebahagian..

Keep the Ukhwah coz Allah..

# fr syl :
Sibol apa yg mau kamu kasih ke aQ :

% --> teman biasa
@ --> sahabat baik
^ --> TTM (temen tapi mesra...hehehe...)
/ --> org yg ngeselin
# --> org yang lucu
& --> org yang km anggap adx sndiri.
$ --> Orang yg Kamu sayang.
+ --> orng yG Qm suka
= --> org yaNg palin asyik.
? --> org yang msiterius.
* --> orng yg JaiL...

jgn lupa di balas...^_^

===========
medan : 13 April 2010.
pukul : 19.18 wib.

Senin, 12 April 2010

PenyakiT berbahaya :

# fr syl :
1. TBC --> Tekanan Batin Cinta...
2. SARS --> Sakit Akibat Rasa Suka...
3. AIDS --> Akibat Impian Ditahan Setahun...
4. FLU --> Feeling Lonely...


hmm...kayaknya cukup berbahaya jg ne penyakit, kira2 bisa disembuhkan ngk yach..??
cb qt cr dulu dokternya... ^_^


tq.

Fanny Story..

# fr my sister Sarulliyah :
Ada 1 kisah...

Di sebuah desa terpencil,
seorang anak berambut kriwol
pulang dari Jakarta,
Namun tiba2 bapaknya kageT & heran
karena rAmbut anaknya jd Berubah..

Si bapak bertanya pada anaknya,
knapa rambutmu berubah nak..??
Anak menjawab :
"ini di rinbonding pak..."

Trus bapaknya bertanya lg..
apa arti di rinbonding..??
aNaknya menjawab :
"artinYa diluruskan pak..."

Lalu pas waktu sholaT magrib si bapak
jadi Imam di sebuah masjid..
karena Saf tdk lurus si BapAk triak..

"RIBONDINGkaN SAF...!!!"

semua makmum ktawa,
termasuk yg baca tulisan ini...


Ha..ha...

- T A M A T -

# fr andri :
Siapa aQ bagimu :
1. MUSUH..? (cuekin aja sms ini)
2. TEMEN..? (kirim balik sms ini)
3. SAHABAT..? (bls, tulis forever friends)
4. KAKAK..? (bls, TuliS misS U)
5. A Special pErsoN ..? (bLs, tulis Nama Q)
6. ADEK..? (bls, sms Kosong)
7. C!nTa..? (Bls, Tulis LovE U)
8. PujaaN Hati (bls, tulis dear)

=> beri jawaban yach....!!

# fr syl :
Jika hr ini aq terlalu gmbira,
sadarkanlah aQ dgn larangan Allah swt..

Jk kubersedih tanpa kata, bujuklah aq
dgn tarbiyah sang pencipta..

Jika kulemah tak berdaya,
ingatkanlah aq dgn khebatan syurganya..

Jk antara qt ada tembok yg memisahkan,
ajaklah aq tuk mleraikannya sgera..

Jika prnah hatimu trluka krn aq,
ktakanlah agar aq berubah..

Dan jika esok Q terleNa tnpa terjagaa,
iringilah lenaku dgn kalungan Do'a..

Berjanjilah...ukhuwah qt utk selamanya...!!

# fr andri :
Pacar 1 = wajar
Pacar 2 = pinTar
pAcar 3 = kurang Ajar

blom punya pacar?
hrus Sabar...!

Blom prNah pcaran?
wajib belajar..!

ciNta eMang harus dikejar

tp..

boNus plsa harus di
sebar...

Ha..ha..

fr andri :
Kau isi "ANGAN" q
dgn "BANYANG" mu

Kau isi "HATI" q
dgn "CINTA" mu

Kau isi "SEPI" Q
dgn "CANDA" mu

Kau isi "HIDUP" Q
dgn "SENYM" mU..

Tp
Kapan...!!

Kau isi "HP" q
dgn "PULSA" mu...???

He...he...


medan, 12 april 2010
================




Rabu, 07 April 2010

Malaikat di Kelas Kami

Kisah ini kudapatkan dari lingkaran cahayaku tiap pekan. Tentang seorang anak "malaikat" yang luar biasa. Murabbiku mulai bercerita dengan gayanya yang khas. Tentang anak sepasang aktivis da'wah.

Alkisah sang Umi dan Abi mendidik anaknya begitu baik, dalam bi'ah yang teramat kondusif. Waktu-waktu sang mujahid kecil lebih banyak dimanfaatkan untuk hal-hal yang bermanfaat di dalam rumah, berinteraksi intens dengan al-Qur'an, menjauhi berbagai media hiburan apapun. Subhanallah, dia bagaikan cahaya dalam rumah itu. Begitu sholehnya. Lisannya tak banyak bicara, pandangannya pun terjaga. Umi mengelus dadanya lega, Ya Rabb alhamdulillah kau berikan qurata a'yun bagi kami. Waktu terus bergulir, anaknya beranjak remaja. Dia kelas satu SMP saat ini. Tapi tidak di SMP-IT seperti waktu SDnya. Jundi kecilnya masuk sebuah SMP favorit di kota tempat tinggalnya. Umi dan Abi yakin mujahid kecilnya bisa menjaga diri. Dia sudah kuat untuk membentengi dirinya dari berbagai pengaruh luar yang mungkin menggoda imannya.

Aku tersenyum mendengar kisah ini, tapi … tunggu sebentar ukh, ceritanya belum berakhir. Hingga satu waktu, sang Umi mengikuti acara rapat orang tua murid kelas mujahid kecilnya. Seorang ibu yang duduk di sebelahnya mengajaknya bicara.
"Anak ibu siapa?"
Sang Umi menjawab dengan kebanggaan yang tak kuasa disembunyikan, entahlah, mengingat mujahid kecilnya terkadang membuatnya sangat bangga, "Faris, bu."
"Anak ibu?"
"Oh…faris, yang malaikat kecil itu ya?"

Umi terhenyak, malaikat kecil??? Ibu tersebut merasakan kekagetan Umi, buru-buru dijelaskannya,"Iya, anak saya Doni sering cerita tentang Faris. Dia bilang ada malaikat dikelasku bu. Anaknya alim banget. Begitu sampai kekelas dia langsung duduk dan membuka Al-Qur'annya. Kalau belum bel, ga berhenti baca Qur'an bu. Keren kan. Trus istirahat, dia lebih banyak baca buku-buku Islam. Ga pernah maen kartu bareng aa, bororaah maen smack down-smack downan, maen games aja ga pernah. Pokoknya cool abiz. Trus ma anak perempuan japan banget deh Bu. Katanya si Doni japan itu jaga pandangan Bu. Jarang banyak bicara, waktunya terisi dengan sempurna.
Makanya anak saya dan teman-teman sekelasnya menyebut Faris, malaikat di kelasnya. Begitu terjaga, hingga teman-temannya segan untuk sekedar berbicara dengannya. Apalagi curhat atau ngajakin maen. Akhirnya Faris sering tampak kesepian dan sendiri. Soalnya Doni bilang, ga enak atuh bu, Doni mah malu and minder sama dia teh. Trus Faris juga da ga pernah cerita apa-apa, ngobrol aja jarang Bu. Padahal ya Bu, aa teh kagum sama dia. Pengen jadi kaya Faris, tapi aa tetep pengen gaul juga. Ga mungkin ya Bu? Aa jadi malaikat? Ke laut aja kali ya Bu."

Ibunya Doni terus berbicara. Sepertinya memang sudah bawaan dari orok hobi bicarannya itu.

Umi masih terkaget-kaget. Rasanya seperti tersambar petir di siang hari.

Beruntung, rapat itu segera berakhir. Umi segera mencari tempat wudhu dan bergegas menuju mesjid. Matanya mulai memerah. Ya Rabb, apakah yang salah? Ia dan suaminya tidak pernah sedikitpun meniatkan anaknya menjadi sosok yang seperti itu. Meski ia faham ghuroba adalah hal yang mungkin terjadi pada seorang da'i. Umi mulai sesegukan, diambilnya Al-Qur'an dan mulai dibacanya untuk menenangkan diri. Sayup-sayup dari lantai bawah mesjid sekolah, didengarnya suara tilawah yang teramat dikenalnya.

Umi mengintip dari pagar lantai atas. Mujahid kecilnya sedang asyik dalam tilawahnya, sendirian di mesjid yang besar ini.

Umi mulai mengevaluasi diri, meski rasanya ingin segera ketemu abi dan menceritakan semua ini. Ada satu fase yang terlupakan dalam pola pembinaan keduanya. Bahwa tarbiyah membangun potensi anak sesuai dengan fitrahnya. Sesuai dengan usianya. Umi menyadari ia telah membentengi Faris dengan sistem imun yang kuat, tapi umi jarang mengingatkan Faris untuk menjadi kader yang muntijah ( produktif ). Yang kebaikannya menyebar pada orang lain, yang kehadirannya memberi manfaat bagi sekitarnya, yang kesholehannya menjadi kesholehan jama'I, bukan hanya kesholehan pribadi, dan yang menjadi manusia- manusia luar biasa dengan kemampuan komunikasi da'wah yang luar biasa. Bukan jamaah malaikat, tapi jamaah manusia.

Dihapusnya air matanya. Ada PR baru yang sangat besar untuk ia syurokan dengan Abinya. Bagaimana mengajarkan mujahid kecilnya berbaur tapi tidak lebur. Menjadikannya lebih mudah dijangkau oleh sekitarnya, mengajarkannya lebih banyak berbicara dalam rangkaian da'wah fardiyah dan mengajak sebanyak mungkin orang menuju surga Allah. Menjadikannya seorang remaja yang memang melewati berbagai fase perjalanan kehidupannya seiring fitrahnya. Mungkin satu waktu dia mengecengi seorang anak perempuan, mungkin satu waktu dia sangat ingin bermain games, atau menonton bersama teman-temannya. Umi tak ingin anaknya hanya bisa bersahabat dengan satu komunitas yang baik saja, umi ingin anaknya jadi kader tangguh yang mampu taklukan berbagai medan da'wah amah. Memiliki jaringan ukhuwah yang luas. Hamasahnya menggelora, ditatapnya mujahid kecilnya dari kejauhan. Sebuah kata terlontar dari bibirnya, Allahumaghfirlii, ya Rabb maafkan hamba. Anakku sayang, maafkan umi dan abi.

Aku ikut terhenyak. Entahlah, ada banyak rasa yang muncul dari hati ini mendengar kisah Faris. Sekejap, aku seolah berhadapan dengan binaan-binaanku. Bidadari-bidadari kecilku. Ya Rabb, sudahkah aku membina mereka dengan benar? Membangun potensi dan fitrah mereka dengan baik? Menjadikan mereka tetap dalam fitrah anak-anak seusianya, meski dengan nilai plus yang luar biasa dari sisi dien mereka.

Sekelebat ketakutan menghampiriku, sungguh aku harus lebih banyak belajar lagi tentang sasaran da'wahku. Memperhatikan psikologi perkembangan mereka. Menemani mereka melalui masa labil mereka sebagai seorang remaja. Da'wah sekolah SMP ini adalah sebuah fase awal perjalanan panjang da'wah thullaby. Aku tak ingin jundi-jundi kesayanganku hanya bertahan dalam jangka waktu yang singkat. Mereka harus lebih kuat bertahan dan bernafas panjang untuk istiqomah di jalan Al Haq ini.Aku tak ingin melahirkan traumatis-traumatis pembinaan Islam dalam diri mereka. Aku ingin mereka menjadi sosok yang merasakan indahnya Islam, kasih sayang dari mentor-mentornya, dan peningkatan kapasitas diri mereka sesuai fitrahnya.

Aku ingin membawa mereka menjadi bagian jamaah manusia, bukan jamaah malaikat. Mereka adalah remaja, kita tak mungkin menghapus fitrah mereka, kita hanya bisa membantu mereka mengendalikannya, menemani mereka melalui masa-masa sulitnya. Menjawab setiap pertanyaan mereka dengan kesabaran luar biasa. Dan terutama menjadikan mereka yang terbaik dari diri mereka sendiri. Tidak akan ada azsya-azsya kecil, yang begitu mirip dengan ku. Yang ada adalah mujahidah-mujahidah kecil dengan segala kekhasan dan potensi luar biasa dari diri mereka sendiri.

Kisah ini memulai evaluasi dan refleksi yang sangat panjang dari diriku selama hampir 9 tahun aku malang melintang di DS ini. Perbaikan pola pembinaan adalah suatu keniscayaan yang terus diupayakan. Untuk membina seorang kader muntijah, melalui fase yang tepat, membangun fitrah dan potensi yang hadir dalam dirinya.Untuk menjadi satu kekuatan da'wah bagi umat ini. Azzam baru bergelora dihatiku, karena aku adalah walid ( umi mereka di sekolah ), aku adalah syeik ( ustazah mereka di mentoring ), aku adalah qiyadah ( pemimpin mereka di DS ), dan terutama karena aku adalah sahabat mereka. Meski usiaku yang terpaut jauh dengan mereka. Asa ini takkan pernah hilang, menjadikan mereka amanah terbaik yang Allah titipkan padaku. Menjadi umi, ustadzah, qiyadah, dan sahabat terbaik bidadari- bidadari kecilku. Allahu Akbar !

*Azzam Syahidah

Copas : Aktifis Dakwah Facebook....!!

Test...test...

fr k' Ami :
Semalam Telah dtg ke rumahku 8 sahabat terbaikku : "Iman, Sehat, Mulia, Bahagia, Sabar, Rizqi, Kasih dan Sayang". mereka jg sangat ingin mengenal serta tinggal bersama org terdekatku & kemudian aq tunjukkan rumah tempat tinggalmu, semoga saat ini mereka sdh tiba di sana bersamamu... :)
Amin.


fr Hendriyani :
Suatu hari Ayam, Sapi & Babi menyebrangi sungai yg ada Buayanya. Saat ayam lewat langsung di makan buaya, dengan ketakutan Sapi pun lewat tapi sayang nasibnya sama naas seperti ayam.
Tapi, ketika giliran sang Babi yg lewat buaya hanya diam saja. Lalu Babi pun jd heran& bertanya : "eh, buaya kenapa km tidak memakan sy..?" sambil tersenyum lalau Buaya menjawab :
"MAAF BRO SAYA MUSLIM" hehehe...

Rabu, 31 Maret 2010

GADIS JUJUR

Khalifah Umar bin Khattab sering melakukan ronda malam sendirian. Sepanjang malam ia memeriksa keadaan rakyatnya langsung dari dekat. Ketika melewati sebuah gubuk, Khalifah Umar merasa curiga melihat lampu yang masih menyala. Di dalamnya terdengar suara orang berbisik-bisik.

Khalifah Umar menghentikan langkahnya. Ia penasaran ingin tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Dari balik bilik Kalifah umar mengintipnya. Tampaklah seorang ibu dan anak perempuannya sedang sibuk mewadahi susu.

"Bu, kita hanya mendapat beberapa kaleng hari ini," kata anak perempuan itu.

"Mungkin karena musim kemarau, air susu kambing kita jadi sedikit."

"Benar anakku," kata ibunya.

"Tapi jika padang rumput mulai menghijau lagi pasti kambing-kambing kita akan gemuk. Kita bisa memerah susu sangat banyak," harap anaknya.

"Hmmm....., sejak ayahmu meninggal penghasilan kita sangat menurun. Bahkan dari hari ke hari rasanya semakin berat saja. Aku khawatir kita akan kelaparan," kata ibunya.

Anak perempuan itu terdiam. Tangannya sibuk membereskan kaleng-kaleng yang sudah terisi susu.

"Nak," bisik ibunya seraya mendekat. "Kita campur saja susu itu dengan air. Supaya penghasilan kita cepat bertambah."

Anak perempuan itu tercengang. Ditatapnya wajah ibu yang keriput. Ah, wajah itu begitu lelah dan letih menghadapi tekanan hidup yang amat berat. Ada rasa sayang yang begitu besar di hatinya. Namun, ia segera menolak keinginan ibunya.

"Tidak, bu!" katanya cepat.

"Khalifah melarang keras semua penjual susu mencampur susu dengan air." Ia teringat sanksi yang akan dijatuhkan kepada siapa saja yang berbuat curang kepada pembeli.

"Ah! Kenapa kau dengarkan Khalifah itu? Setiap hari kita selalu miskin dan tidak akan berubah kalau tidak melakukan sesuatu," gerutu ibunya kesal.

"Ibu, hanya karena kita ingin mendapat keuntungan yang besar, lalu kita berlaku curang pada pembeli?"

"Tapi, tidak akan ada yang tahu kita mencampur susu dengan air! Tengah malam begini tak ada yang berani keluar. Khalifah Umar pun tidak akan tahu perbuatan kita," kata ibunya tetap memaksa.

"Ayolah, Nak, mumpung tengah malam. Tak ada yang melihat kita!"

"Bu, meskipun tidak ada seorang pun yang melihat dan mengetahui kita mencampur susu dengan air, tapi Allah tetap melihat. Allah pasti mengetahui segala perbuatan kita serapi apa pun kita menyembunyikannya,"tegas anak itu. Ibunya hanya menarik nafas panjang.

Sungguh kecewa hatinya mendengar anaknya tak mau menuruti suruhannya. Namun, jauh di lubuk hatinya ia begitu kagum akan kejujuran anaknya.

"Aku tidak mau melakukan ketidak jujuran pada waktu ramai maupun sunyi. Aku yakin Allah tetap selalu mengawasi apa yang kita lakukan setiap saat,"kata anak itu.

Tanpa berkata apa-apa, ibunya pergi ke kamar. Sedangkan anak perempuannya menyelesaikan pekerjaannya hingga beres.

Di luar bilik, Khalifah Umar tersenyum kagum akan kejujuran anak perempuan itu.
" Sudah sepantasnya ia mendapatkan hadiah!" gumam khalifah Umar. Khalifah Umar beranjak meniggalkan gubuk itu.Kemudian ia cepat-cepat pulang ke rumahnya.

Keesokan paginya, khalifah Umar memanggil putranya, Ashim bin Umar. Di ceritakannya tentang gadis jujur penjual susu itu.

" Anakku, menikahlah dengan gadis itu. Ayah menyukai kejujurannya," kata khalifah Umar. " Di zaman sekarang, jarang sekali kita jumpai gadis jujur seperti dia. Ia bukan takut pada manusia. Tapi takut pada Allah yang Maha Melihat."

Ashim bin Umar menyetujuinya.

Beberapa hari kemudian Ashim melamar gadis itu. Betapa terkejut ibu dan anak perempuan itu dengan kedatangan putra khalifah. Mereka mengkhawatirkan akan di tangkap karena suatu kesalahan.

" Tuan, saya dan anak saya tidak pernah melakukan kecurangan dalam menjual susu. Tuan jangan tangkap kami....," sahut ibu tua ketakutan.

Putra khalifah hanya tersenyum. Lalu mengutarakan maksud kedatangannya hendak menyunting anak gadisnya.

"Bagaimana mungkin?
Tuan adalah seorang putra khalifah , tidak selayaknya menikahi gadis miskin seperti anakku?" tanya seorang ibu dengan perasaan ragu.

" Khalifah adalah orang yang tidak ,membedakan manusia. Sebab, hanya ketawakalanlah yang meninggikan derajad seseorang disisi Allah," kata Ashim sambil tersenyum.

" Ya. Aku lihat anakmu sangat jujur," kata Khalifah Umar.
Anak gadis itu saling berpandangan dengan ibunya.
Bagaimana khalifah tahu? Bukankah selama ini ia belum pernah mengenal mereka.

" Setiap malam aku suka berkeliling memeriksa rakyatku. Malam itu aku mendengar pembicaraan kalian...," jelas khalifah Umar.

Ibu itu bahagia sekali. Khalifah Umar ternyata sangat bijaksana. Menilai seseorang bukan dari kekayaan tapi dari kejujurannya.

Sesudah Ashim menikah dengan gadis itu, kehidupan mereka sangat bahagia. Keduanya membahagiakan orangtuanya dengan penuh kasih sayang. Bebrapa tahun kemudian mereka dikaruniai anak dan cucu yang kelak akan menjadi orang besar dan memimpin bangsa Arab.

TAMAT

Medan, 31 Maret 2010
10:46 wib.